Selasa, 22 Juni 2010

SURAMADU



Kemegahan Jembatan Suramadu yang saat ini merupakan salah satu jembatan bentang panjang di Asia Tenggara, membuat penasaran peserta The Eastern Asia Society for Transportation Studies (EASTS) Conference atau konferensi transportasi internasional yang berlangsung di Surabaya, 16-18 Nopember 2009

Kamis (19/11), rombongan peserta EASTS berkesempatan melihat secara langsung kemegahan jembatan tersebut dari atas kapal dengan menyisir laut di bawah jembatan. Rombongan berangkat dari Hotel Shangrila dengan mengendarai tujuh bus tersebut berjumlah sekitar 360-an peserta.

Rombongan tersebut menaiki kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Perak. Sesaat setelah kapal berlayar, peserta menikmati hidangan di atas deck lantai 2 jembatan dan menyisir pelabuhan Tanjung Perak. Monumen Jalesveva Jayamahe menjadi salah satu obyek yang menarik perhatian.

Mendekati Jembatan Suramadu, peserta yang berada di dalam ruangan mulai keluar ke atas deck terbuka dan berfoto bersama dengan latar belakang Jembatan Suramadu. Saat tepat di bawah jembatan, Kapal Fery Wicitra Dharma milik PT Dharma Lautan Utama yang membawa rombongan tersebut membunyikan sirinenya. Peserta serentak bertepuk tangan. Tim Suramadu yang mengikuti perjalanan merasakan atmosfer yang ‘berbeda’.

“Saya sempat merinding,” ungkap Ashari dari suramadu.com. “ Merasakan hasil kerja keras seluruh pihak yamg terlibat dalam pembangunan, - termasuk saya- dapat dinikmati dan dapat menjadi kebanggaan”, katanya lebih lanjut

Kapal yang memiliki tiga tingkat tersebut cukup nyaman bagi peserta yang ingin dengan leluasa melihat kemegahan jembatan. Dari jumlah lantai dalam kapal tersebut, peserta bisa dengan leluasa berpose sambil berfoto dengan background Jembatan Suramadu. “Cuacanya mendung dan sangat bersahabat untuk menikmati kemegahan jembatan ini,” kata Yao SI Liang salah satu peserta dari China yang ikut dalam rombongan tersebut.

Nuansa wisata yang khas budaya Pulau Madura makin lengkap ketika disajikan anek a hiburan termasuk lagu-lagu yang bernuansakan etnik Madura. Di atas deck kapal teratas, peserta juga bisa memilih dan membeli beraneka ragam souvenir yang sengaja telah dipersiapkan oleh panitia sebagai oleh-oleh dari kunjungan tersebut, termasuk peserta dari luar negeri.

PT Dharma Lautan Utama memang sengaja merancang kapal WIcitra Dharma sebagai sarana wisata untuk kelaurga, tidak hanya untuk dewasa, anak-anak pun mendapat tempat dengan disediakannya arena bermain. “Kami memang sengaja ‘menyulap’ kapal penumpang ferry menjadi kapal wisata,” ujar Andi Yusuf, dari Dharma Lautan Group. “ Bahkan pramugari dan pemandu wisata sudah kami didik dan training untuk dapat melayani penumpang dengan sebaik-baiknya, “ katanya lebih lanjut. Kapal wisata ini memang belum berlayar secara regular, tetapi masih sebatas pada kunjungan grup. Diharapkan nantinya kapal dapat berlayar secara regular.

Kunjungan peserta konferensi EASTS ini cukup menguntungkan wisata Indonesia khusunya Jatim sebagai sarana promosi. Ini karena konferensi tersebut dihadiri sekitar 22 negara dari Asia dan Australia. Ke-22 negara itu antara lain China, Mongolia, Jepang, Korea, Hongkong, India, Indonesia, Australia, Pakistan, Bangladesh, Amerika dan beberapa negara dari Eropa.

Keberadaan Jembatan Suramadu selain sebagai infrastruktur tranportasi berupa jembatan bentang panjang bertaraf Internasional, juga membuka peluang wisata bahari dengan cara melihat obyek jembatan dari Selat Madura. Dinas Pariwisata Jawa Timur bersama Asosiasi Biro Perjalanan (ASITA) Jatim saat ini tengah mengemas wisata bahari Jembatan Suramadu.

Potensi wisata Madura sangat beragam mulai dari Karapan Sapi, keindahan Pantai Lobang dan Pantai Camplong, keunikan Batik Tanjung Bumi. Obyek-obyek tersebut tetap terus dipasarkan pada wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Masuk ke Jembatan Suramadu, itu sudah biasa. Tapi untuk menikmati keindahan Jembatan Suramadu dari Selat Madura yang berada di bawah jembatan itu akan berbeda. Apalagi sekalian menikmati sunset dan sunshine dari bawah jembatan menjadi daya tarik. Pengembangan wisata bahari ini dilakukan kerjasama dengan ASDP dan pengusaha angkutan kapal laut. Sudah diujicobakan dua kapal feri untuk wisata bahari Jembatan Suramadu. Kapal feri di-upgrade lebih dulu, dan sudah dilengkapi play ground buat anak-anak di atas dek feri, konter makanan dan fasilitas lainnya seperti live musik.(TimSuramadu)

Minggu, 21 Maret 2010

Kabar Madura


Jika di Pameran Pariwisata, Seni dan Budaya Majapahit Travel Fair (MTF) 2008 lalu Ledre Bojonegoro berukuran raksasa berhasil masuk catatan MURI, sebagai jajan ledre berukuran paling besar. Di MTF 2009, kali ini ada Musik Tong-tong dan Jenang Apel berhasil masuk catatan rekor MURI.

Musik Tong-tong atau dalam bahasa Madura musik Daul Tuk-tuk asal Kabupaten Sampang, berhasil masuk MURI dengan rekor penabuh terbanyak. Yakni sebanyak 300 orang penabuh. Tak pelak akibat banyaknya penabuh hingga membuat suasana Gramedia Expo Surabaya, Jum’at sore (22/05) nampak terdengar meriah dan penuh riuh. Karena irama yang dibunyikan begitu indah, berasal dari bebunyian tetabuhan dari drum minyak, drum ikan, gong, gamelan, kuali dan gong. Lengkap diiringi nyanyian khas Madura.

Menurut sejarahnya Musik ini, ada sejak tahun 1970-an. Seperti yang diceritakan Ahmad Bahrawi, salah seorang penggiat musik Tong-tong pada EastJava Traveler, musik tong-tong ada di Sampang pada tahun 1970-an saat itu musik ini digunakan sebagai musik patrol oleh masyarakat setempat. Terutama saat Ramadhan tiba digunakan untuk membangunkan orang saat waktu sahur.

“Begitu legendarisnya musik ini hingga kami warga Sampang menggelar even tahunan yaitu lomba musik tong-tong setelah Lebaran,” ujar pria yang memliki nama panggilan Mamak ini.

Selain itu, ada sejarah yang mencatat jika Musik Tong-tong populer pada tahun 1999. Saat itu kabel bawah laut yang merupakan aliran listrik di Pulau Madura putus. Sehingga suasana pun gelap gulita selama berbulan-bulan. Mengakibatkan Madura tidak aman dari karena tindak kriminal. Kemudian musik ini menjadi inisiatif warga untuk meredam tindak kriminal dengan melakukan patrol setiap malam hari.

Atas keunikan musik ini, dan berdasar inisiatif masyarakat Sampang. Maka Musik Tong-tong diusulkan untuk mendapatkan penghargaan dan masuk rekor MURI.

Sedangkan penghargaan rekor MURI lainnya adalah Jenang Apel dari Kota Batu. Jenang ini berukuran 2 meter x 2 meter. Yang mana apel oleh masyarakat Kota Batu kerap dimanfaatkan sebagai buah. Akan tetapi dengan kini berkat kreatifitas mereka dikembangkan menjadi bentuk makanan. Yaitu Jenang Apel.

Untuk mempromosikannya, di MTF 2009 ini para perajin jenang apel di Kota Batu sepakat untuk memberikan sumbangsih berharga. Berupa jenang apel terbesar. Dengan harapan masyarakat akan berkunjung ke Kota Batu untuk berburu makanan ini, dan beberapa tempat wisata menarik yang ada di kota ini.

Wisata Madura






Pantai Lombang Dan Pantai Slopeng




Pantai Lombang
- adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang.

Pantai Slopeng – adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Bila anda suka memancing ikan di laut, maka kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, jenis ikan tongkol juga ada.

Ekonomi

Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur[2]. Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak.

Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana.

Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam.

Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.

Sejarah

Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]

Pulau Madura


Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa.

Kamis, 18 Maret 2010

Suku Madura





Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 6,8 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa.

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh.

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.