Minggu, 21 Maret 2010

Kabar Madura


Jika di Pameran Pariwisata, Seni dan Budaya Majapahit Travel Fair (MTF) 2008 lalu Ledre Bojonegoro berukuran raksasa berhasil masuk catatan MURI, sebagai jajan ledre berukuran paling besar. Di MTF 2009, kali ini ada Musik Tong-tong dan Jenang Apel berhasil masuk catatan rekor MURI.

Musik Tong-tong atau dalam bahasa Madura musik Daul Tuk-tuk asal Kabupaten Sampang, berhasil masuk MURI dengan rekor penabuh terbanyak. Yakni sebanyak 300 orang penabuh. Tak pelak akibat banyaknya penabuh hingga membuat suasana Gramedia Expo Surabaya, Jum’at sore (22/05) nampak terdengar meriah dan penuh riuh. Karena irama yang dibunyikan begitu indah, berasal dari bebunyian tetabuhan dari drum minyak, drum ikan, gong, gamelan, kuali dan gong. Lengkap diiringi nyanyian khas Madura.

Menurut sejarahnya Musik ini, ada sejak tahun 1970-an. Seperti yang diceritakan Ahmad Bahrawi, salah seorang penggiat musik Tong-tong pada EastJava Traveler, musik tong-tong ada di Sampang pada tahun 1970-an saat itu musik ini digunakan sebagai musik patrol oleh masyarakat setempat. Terutama saat Ramadhan tiba digunakan untuk membangunkan orang saat waktu sahur.

“Begitu legendarisnya musik ini hingga kami warga Sampang menggelar even tahunan yaitu lomba musik tong-tong setelah Lebaran,” ujar pria yang memliki nama panggilan Mamak ini.

Selain itu, ada sejarah yang mencatat jika Musik Tong-tong populer pada tahun 1999. Saat itu kabel bawah laut yang merupakan aliran listrik di Pulau Madura putus. Sehingga suasana pun gelap gulita selama berbulan-bulan. Mengakibatkan Madura tidak aman dari karena tindak kriminal. Kemudian musik ini menjadi inisiatif warga untuk meredam tindak kriminal dengan melakukan patrol setiap malam hari.

Atas keunikan musik ini, dan berdasar inisiatif masyarakat Sampang. Maka Musik Tong-tong diusulkan untuk mendapatkan penghargaan dan masuk rekor MURI.

Sedangkan penghargaan rekor MURI lainnya adalah Jenang Apel dari Kota Batu. Jenang ini berukuran 2 meter x 2 meter. Yang mana apel oleh masyarakat Kota Batu kerap dimanfaatkan sebagai buah. Akan tetapi dengan kini berkat kreatifitas mereka dikembangkan menjadi bentuk makanan. Yaitu Jenang Apel.

Untuk mempromosikannya, di MTF 2009 ini para perajin jenang apel di Kota Batu sepakat untuk memberikan sumbangsih berharga. Berupa jenang apel terbesar. Dengan harapan masyarakat akan berkunjung ke Kota Batu untuk berburu makanan ini, dan beberapa tempat wisata menarik yang ada di kota ini.

Wisata Madura






Pantai Lombang Dan Pantai Slopeng




Pantai Lombang
- adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang.

Pantai Slopeng – adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Bila anda suka memancing ikan di laut, maka kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, jenis ikan tongkol juga ada.

Ekonomi

Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur[2]. Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak.

Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana.

Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam.

Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.

Sejarah

Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]

Pulau Madura


Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa.

Kamis, 18 Maret 2010

Suku Madura





Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 6,8 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa.

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh.

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.